Halaman

Selasa, 26 November 2013

Pohon - Pohon Rindu

 


Beddu, Anton, Dayat, Umar, dan Hutbah adalah teman sekelas yang saling melengkapi. Beddu, Anton, dan Dayat termasuk keluarga yang miskin tapi punya kemauan keras dan cita-cita mulia ingin kuliah dan menjadi guru. Hutbah dan Umar termasuk keluarga kaya yang tidak bercita-cita untuk kuliah, karena menurut mereka kuliah bukan jaminan masa depan, memang begitulah ‘paham’ kebanyakan orang di kampung Bikeru saat itu. Karena itu, Hutbah dan Umar bergabung ke kelompok Beddu supaya ada tempat menyontek bila ada tugas atau saat ujian. Gayung bersambut, karena Hutbah dan Umar menjadi sponsor pertemanan mereka. Hutbah yang anak pedagang kakao sukses punya dana taktis untuk mentraktir teman-teman mereka di warung sekolah setiap hari. Umar yang paling ditakuti di sekolah yang bertindak sebagai bodyguard kelompok. Hutbah yang paling kaya plus berwajah tampan suka memacari adik kelasnya. Tapi gaya pacaran waktu itu hanya lewat surat saja. Beddu yang punya bakat menulis menjadi sekertaris pribadi Hutbah dalam membuat surat cinta. Beddu yang paling miskin dari kelima berteman yang sewaktu kecil hanya tukang gembala terkenal cerdas dan punya bakat sastra yang memadai. Saat penerimaan siswa baru Hutbah jatuh cinta pada seorang siswi yang bernama Andi Masniar. Tapi sial bagi Beddu ketika ia membuat surat cinta untuk Hutbah, disitu tertera nama Beddu secara tidak sengaja sehingga Andi Masniar mengembalikan surat cinta itu kepada Beddu dengan kasar dengan menyebut Beddu sebagai kumbang jelek. Peristiwa ini cukup menggemparkan seluruh sekolah. Beddu yang bintang sekolah ditolak cintanya mentah-mentah, padahal sesungguhnya surat cinta itu milik Hutbah tapi dikonsep oleh Beddu. Peristiwa ini membuat Beddu sangat malu dan trauma jadi konseptor surat cinta lagi. Ia hanya fokus belajar. Kelima siswa ini akhirnya menjadi branding sekolah. Hal yang paling menonjol dari mereka ketika mereka membentuk KOMPITA(Kelompok Pecinta Alam). Alasan mereka membentuk KOMPITA karena prihatin dengan kondisi Hutan Lindung Balang di Sinjai yang rusak parah. Alasan lainnya adalah dengan membentuk Kompita mereka ingin menyibukkan diri pada hal-hal yang positif sehingga mereka tidak tercemar oleh kenakalan remaja dan narkoba yang saat itu mulai mewabah.
Sejak mereka ikut dalam KOMPITA, Hutbah dan Umar mulai menjadi siswa yang rajin, Hutbah juga tidak suka lagi memacari adik-adik kelasnya. Keberadaan KOMPITA mendapatkan banyak apresiasi dari berbagai pihak. Setiap akhir pekan Kompita punya acara mengunjungi hutan-hutan serta tempat wisata sambil berkampanye “Save The Jungle! Save The World”(Selamatkan Hutan! Selamatkan Dunia). Banyak siswa-siswi yang tertarik masuk menjadi anggota Kompita termasuk Nia(Andi Masniar). Awalnya Beddu tidak senang Nia masuk anggota Kompita, tapi Umar sebagai ketua KOMPITA menerimanya. Sesungguhnya Nia masuk anggota Kompita karena ingin dekat dengan Beddu, rupanya Nia baru tahu bahwa Beddu sebenarnya banyak dipuja oleh banyak siswi karena menjadi bintang sekolah yang menguasai Bahasa Inggris, juga pemimpin redaksi mading sekolah yang tulisan-tulisannya menggugah. Tapi niat Nia tidak mendapat respon dari Beddu karena Beddu terlanjur menulis di ranselnya “No Time For Love”. Tapi Beddu tetap berjiwa besar dan menerima kehadiran Nia dalam kelompok Kompita. Sejak bergabungnya Nia di KOMPITA, teman-temannya selalu menjodoh-jodohkan Beddu dengan Nia. Dan meski belum mau pacaran, rupanya Beddu senang bila dijodoh-jodohkan. Sebenarnya Beddu memang jatuh hati kepada Nia dan memang Nia adalah perempuan yang pertama kali membuatnya jatuh hati. Hutbah juga sangat ingin Beddu dan Nia berpacaran. Rupanya Hutbah rela tidak mengejar Nia karena ia tahu Beddu memang menyukai Nia, apalagi Hutbah memang sudah tak mau pacaran lagi. Bukan hanya karena sudah bertekad tak mau pacaran dulu dan hanya fokus belajar membuat Beddu menjauhi Nia. Tapi Beddu sadar, dirinya dengan Nia sangat jauh perbedaan. Nia adalah putri dari bangsawan sekaligus anak pensiunan pejabat yang kaya, sedangkan Beddu berasal dari keluarga biasa-biasa saja sekaligus miskin. Rupanya Nia bercerita kepada orang tuanya tentang Beddu, bintang sekolah sekaligus konseptor KOMPITA. Kedua orang tua Nia sangat senang dengan Beddu. Meskipun tidak berpacaran, tapi Nia dan Beddu akhirnya berteman baik laiknya adik kakak. Barulah Beddu dan Nia resmi sebagai pasangan kekasih ketika Beddu tamat dari SMU Bikeru dan akan melanjutkan kuliah di Makassar. Hubungan cinta mereka diresmikan di Bukit Bulu Paccing, mereka berdua berjabat tangan dan berjanji akan saling mencintai dan menjaga. Mereka sengaja memilih Bukit Bulu Paccing dengan alasan cinta keduanya disimbolkan sebagai hutan dan pepohonan. Bila mereka rindu pada pasangan masing-masing maka cukuplah menatap pepohonan, dan bila salah satu dari mereka berkhianat maka sama halnya mereka menebang pepohonan. Nia yang akhirnya terpilih menjadi ketua KOMPITA bersumpah demi cintanya pada Beddu untuk menjaga hutan di Sinjai. Beddu pun begitu, demi cintanya pada Nia, ia akan menjaga hutan dan pepohonan dimana pun mereka berada. KOMPITA dibawah kepemimpinan Nia semakin maju, bahkan Nia membuat jargon KOMPITA yang lebih visioner karena Nia mengidentikkan hutan dan alam adalah perempuan. Nia berdalih dengan menyebut istilah “Ibu Kota” “Ibu Pertiwi” Sehingga hutan harus dijaga. Nia membuat istilah “SAVE THE MOTHER! SAVE THE MOTHERLAND”(JAGA IBU! JAGA IBU PERTIWI!). Kelima berteman, Beddu, Anton, Dayat, Umar dan Hutbah akhirnya kuliah di Makassar. Umar dan Hutbah akhirnya kuliah karena dorongan teman-temannya. Meski mereka kuliah di kampus berbeda, pun berbeda jurusan tetapi mereka tetap merasa sebagai anggota KOMPITA yang peduli pada hutan. Suatu hari tiba-tiba Beddu mendapat telepon dari Nia di Sinjai agar Beddu pulang kampung. Sejak kuliah Beddu memang belum pernah pulang ke Sinjai. Beddu berencana pulang kampung setelah final test, tapi nada bicara Nia yang terus merajuk membuat Beddu tidak tenang dan akhirnya ia pulang kampung. Kepulangan Beddu ke Sinjai karena memang juga sudah sangat kangen pada kedua orang tuanya sekaligus kangen pada Nia. Tapi manusia berencana, Tuhan yang menentukan. Apakah Beddu bisa bersua kembali dengan Nia? Ataukah Nia berpaling ke lain hati. Ataukah memang perpisahan adalah sebuah takdir? Baca selengkapnya novel POHON-POHON RINDU. POHON-POHON RINDU adalah sebuah novel bertema lingkungan, budaya, dan cinta. Penerbit Diva Press Jogjakarta, 2009. Dul Abdul Rahman. Menulis cerpen, artikel budaya, kritik sastra, dan esai yang dimuat beberapa koran lokal maupun nasional. Buku terbarunya “Pohon-Pohon Rindu” (sebuah novel).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar